Selasa, 15 Januari 2008

NEISSERIA GONORRHOEAE

Oleh :

dr. M. Ariawan Artha Siada

Famili Neisseriacea meliputi spesies Neisseria dan Moraxella catarrhalis seperti acinetobacter dan kingella serta spesies moraxella lainnya. Neisseria adalah cocci gram negatif yang biasanya berpasangan. Neisseria gonorrhoeae (gonococci) dan neisseria meningtidis (meningococci) adalah patogen pada manusia dan biasanya ditemukan bergabung atau di dalam sel polimorfonuklear. Beberapa neisseriae berhabitat di saluran pernafasan manusia, jarang menimbulkan penyakit dan terjadi secara ekstraseluler.

Gonococci dan meningococci saling berhubungan erat, dengan 70 % DNA homolog, dan dapat dibedakan melalui beberapa tes laboratorium dengan ciri-ciri spesifik: meningococci memiliki kapsul polisakarida sedangkan gonococci tidak, dan meningococci jarang memiliki plasmid dimana kebanyakan gonococci memilikinya. Yang paling penting, kedua spesies tersebut dapat dibedakan dengan presentasi klinis dari penyakit yang disebabkannya: meningococci biasanya ditemukan pada saluran pernafasan atas dan menyebabkan meningitis, sementara gonococci menyebabkan infeksi alat kelamin.

Morfologi Dan Identifikasi

  1. Ciri organisme: Secara umum ciri-ciri neisseriae adalah bakteri gram negatif, diplokokus non motil, berdiameter mendekati 0,8 µm. Masing-masing cocci berbentuk ginjal; ketika organisme berpasangan sisi yang cekung akan berdekatan
  2. Kultur: Selama 48 jam pada media yang diperkaya (misalnya Mueller-Hinton, modified Thayer-Martin), koloni gonococci berbentuk cembung, berkilau, meninggi dan sifatnya mukoid berdiameter 1-5 mm. Koloni transparan atau pekat, tidak berpigmen dan tidak bersifat hemolitik.
  3. Karakteristik pertumbuhan: Neisseriae paling baik tumbuh pada kondisi aerob, namun beberapa spesies dapat tumbuh pada lingkungan anaerob. Mereka membutuhkan syarat pertumbuhan yang kompleks. Sebagian besar neisseriae memfermentasikan karbohidrat, menghasilkan asam tetapi bukan gas dan pola fermentasi karbohidratnya merupakan faktor yang membedakan spesies mereka. Neisseria menghasilkan oksidase dan memberikan reaksi oksidase positif, tes oksidase merupakan kunci dalam mengidentifikasi mereka. Ketika bakteri terlihat pada kertas filter yang telah direndam dengan tetrametil parafenilenediamin hidroklorida (oksidase), neisseria akan dengan cepat berubah warna menjadi ungu tua.
    Gonococci paling baik tumbuh pada media yang mengandung substansi organik yang kompleks seperti darah yang dipanaskan, hemin, protein hewan dan dalam ruang udara yang mengandung 5% CO2. pertumbuhannya dapat dihambat oleh beberapa bahan beracun dari media seperti asam lemak dan garam. Organisme dapat dengan cepat mati oleh pengeringan, penjemuran, pemanasan lembab dan desinfektan. Mereka menghasilkan enzim autolitik yang dihasilkan dari pembengkakan yang cepat dan lisis in vitro pada suhu 25º C dan pada pH alkalis.

Koloni dan Antigen

Gonoccoci biasanya menghasilkan koloni yang lebih kecil dibandingkan neisseriae lainnya. Gonoccoci yang membutuhkan arginin, hipoxantin dan urasil cenderung tumbuh dengan sangat lambat pada kultur primernya. Gonoccoci diisolasi dari spesimen klinis atau dipertahankan oleh subkultur nonselektifr yang memiliki ciri koloni kecil yang mengandung bakteri berpili. Pada subkultur nonselektif, koloni yang lebih besar yang mengandung gonoccoci yang berpili juga terbentuk. Varian yang pekat dan transparan pada kedua bentuk koloni (besar dan kecil) juga terbentuk, koloni yang pekat berhubungan dengan keberadaan protein yang berada di permukaan, yang disebut Opa.



Struktur antigen

N. gonorrhoeae adalah antigen yang heterogen dan mampu berubah struktur permukaannya pada tabung uji (in vitro) – yang diasumsikan berada pada organisme hidup (in vivo) – untuk menghindar dari pertahanan inang (host). Struktur permukaannya adalah sebagai berikut:

A. Pili: pili adalah tentakel berbentuk rambut yang dapat memanjang hingga beberapa mikrometer dari permukaan gonoccoci. Perpanjangan tersebut menempel pada sel inang dan resisten terhadap fagositosis. Mereka terbuat dari sekumpulan protein pilin (BM 17.000-21.000). terminal amino dari molekul pilin, yang mengandung persentase yang tinggi dari asam amino hidrofobik tetap dipertahankan. Rangkaian asam amino yang dekat dengan setengah porsi molekul juga dipertahankan; porsi tersebut menempel pada sel inang dan kurang dikenal oleh respon kekebalan. Asam amino yang dekat terminal karboksil sangat bervariasi; porsi molekul ini sangat dikenal oleh respon kekebalan. Pilin-pilin dari hampir seluruh strain N. Gonorrhoeae secara antigen berbeda-beda dan setiap strain dapat membuat bentuk pilin yang unik secara antigen.

B. Por: por membesar hingga mencapai membran sel gonoccoci. Ini terjadi dalam trimer untuk membentuk pori-pori pada permukaan melalui nutrisi yang masuk ke dalam sel. Berat molekul por sangat bervariasi 34.000 hingga 37.000. Setiap strain gonoccocus hanya menampilkan satu tipe por, tetapi por dari strain yang berbeda, berbeda pula secara antigen. Pengklasifikasian secara serologis terhadap por dengan menggunakan reaksi aglutinasi dengan antibodi monoklonal dapat dibedakan menjadi 18 serovar PorA dan 28 serovar PorB (serotyping hanya dapat dilakukan berdasarkan referensi laboratorium).

C. Opa: protein ini berfungsi dalam adhesi gonoccoci dalam koloni dan dalam penempelan gonoccoci pada sel inang, khususnya sel-sel yang menampilkan antigen karsinoembrionik (CD 66). Satu porsi dari molekul Opa berada di bagian terluar dari membrangonoccoci dan sisanya berada pada permukaan. Berat molekul Opa berkisar antara 24.000 hingga 32.000. Setiap strain gonoccocus dapat menampilkan hingga tiga tipe Opa, dimana masing-masing strain memiliki lebih dari 10 gen untuk Opa yang berbeda-beda.

D. Rmp: protein ini (BM sekitar 33.000) secara antigen tersimpan di semua gonoccoci. Protein ini mengubah berat molekulnya pada saat terjadi reduksi. Mereka bergabung dengan Por pada saat pembentukan pori-pori pada permukaan sel.

E. Lipooligosakarida (LOS): Berbeda dengan batang enterik gram negatif, pada gonococci LPS tidak memiliki rantai antigen-O panjang dan disebut dengan lipooligosakarida. Berat molekulnya adalah 3000 - 7000. Gonococci dapat menampilkan Iebih dari satu rantai LOS yang secara antigen berbeda secara simultan. Toksisitas pada injeksi gonococci sebagian besar disebabkan oleh efek endotoksin dari LOS.

Dalam bentuk perkembangbiakan secara molekuler, gonococci membuat molekul LOS yang secara struktural mirip dengan membran sel manusia, yaitu glikosfingolipid. Gonococci LOS dan glikosingolipid manusia dengan struktur kelas yang sama, bereaksi dengan antibodi monokloral yang sama, mengindikasikan perkembangan secara molekuler LOS yang dipertahankan memiliki lakto-N-neotetraose glikose moietas yang sama terbagi dalam serial paraglobosid glikosfingolipid manusia. Struktur glukosa neisseria LOS lainnya, globosid, gangliosid dan laktosid. Tampilan permukaan gonoeoci yang sama dengan struktur permukaan pada sel manusia membantu gonococci untuk menghindar dari pengenalan kekebalan (immune recognition).

Terminal galaktosa dari glikostmoolipid sering berkonjugasi dengan asam sialat. Asam sialat adalah asam 9 karbon yang juga disebut dengan asam N asetilneuraminat (NANA). Gonococci tidak membuat asam sialat tetapi membuat sialiltransferase yang berfungsi untuk mengambil NANA dari nukleotida otila asam sitidine 5-monofosfo-N-asetilneuraminat (CMP-NANA) dan menempatkan NANA pada terminal galaktosa dari gonococci penerima LOS.

Sialilasi berdampak pada patogenesis dari infeksi gonococci. Ini membuat gonococci resisten untuk dimatikan oleh sistem antibodi manusia dan mengintervensi gonococci yang mengikat pada penerima (reseptor) dari sel fagositik.

Neisseria meningtidis dan Haemophilus influenzae membuat banyak tapi tidak semua struktur LOS yang sama pada N gonorrhoeae. Biologi dari ketiga spesies LOS dan beberapa dari spesies neisseriae nonpatogenik adalah sama. Empat serogrup dari N. meningtidis membuat kapsul asam sialat yang berbeda, mengindikasikan bahwa mereka juga memiliki pola biosintetik yang berbeda dari gonococci. Keempat serogrup ini ber­sialilate dengan LOS-nya menggunakan asam sialat yang berasal dari kolam endogenus.

E Protein Lain : Beberapa protein gonococci yang konstan secara antigen memiliki kinerja yang kurang jelas dalam patogenesisnya. Lip (H8) adalah protein yang terdapat pada permukaan dimana heat- modifiable seperti Opa.

Fbp (iron binding protein), yang berat molekulnya sama dengan Por, tampak pada saat persediaan besi terbatas, misalnya infeksi pada manusia. Gonococci mengkolaborasi IgA1 protease yang memisah dan menonaktifkan IgA1, sebagian besar selaput lendir immuno­globulin manusia. Meningococci, Haemophilus influenzae dan Streptococcus pneumoniae mengelaborasi protease IgA1 yang sama.

Genetik dan Heterogenitas Antigen

Gonococci telah mengembangkan mekanisme perpindahan yang dimulai dari satu bentuk antigen (pilin, Opa atau lipopolisakarida) ke bentuk antigen yang lain dari molekul yang sama. Perpindahan tersebut membutuhkan satu tempat untuk setiap 1025- 103 gono­cocci, sebuah perubahan yang sangat cepat bagi bakteri. Karena pilin, Opa dan lipopolisakacida adalah antigen yang terdapat pada permukaan gonococci, mereka berperan pepting dalam respon kekebalan terhadap infeksi. Molekul-molekul yang cepat berpindah dari satu bentuk antigen ke bentuk yang lain membantu gonococci untuk mampu menghindar dari sistem kekebalan inang.

Mekanisme Perpindahan Pilin Berbeda dengan Mekanisme Opa

Gonococci. memiliki gen yang jamak, namun hanya satu gen yang dimasukkan ke dalam daerah penampakan. Gonococci menghilangkan seluruh atau sebagian dari gen pilin dan menggantikannya dengan seluruh atau sebagian dari gen pilin yang lain. Mekanisme ini membuat gonococci dapat muncul dalam berbagai bentuk molekul pilin sepanjang waktu.

Mekanisme perpindahan Opa, penambahan atau penghilangan DNA dari satu atau lebih kode pentamerik mengulang rangkaian. kode-kode untuk struktur gen Opa. Mekanisme perpindahan lipopolisakarida masih belum diketahui. Beberapa antigen dan heterogenitas dari tipe-tipenya tampak pada Tabel 21-3.

Gonococci mengandung beberapa plasmid; 95% strain memiliki plasmid cryp­tic kecil (BM 2,4 x 106) dari funosi yang belum diketahui. Sedangkan dua lainnya (BM 3,4 x 106 dan BM 4,7 x 106) mengandung gen yang mempunyai kode produksi b-laktamase, dimana menyebabkan mereka resisten terhadap penicillin. Plasmid­plasmid ini berpindah melalui konjugasi antara gonococci; mereka r.iirip dergan plasmid yang ditemukan pada haemofilus yang memproduksi penisilinase dan didapat dari haemofilus atau organisme gram negatif lain. 5-20% gonococci mengandung sebuah plasmid (BM 24,5 x 106) dengan gen-gen yang terkode untuk berkonjugasi; kejadian paling tinggi terdapat di area geografis dimana, penisilinase yang menghasilkan gonococci banyak ditemui. Resistensi terhadap tetrasiklin yang tinggi telah berkembang di dalam gonococci melalui pemasukan kode gen streptococci ke dalam plasmid yang berkonjugasi.

Patogenesis, Patologi danTemuan Klinis

Gonococci menampakkan beberapa tipe morfologi dari koloninya (lihat di atas), tetapi hanya bakteri berpili yang tampak virulen. Gonococci yang berbentuk koloni yang pekat (opaque) saja yang diisolasi dari manusia dengan gejala urethritis (peradangan uretra) dan dari kultur "uterine cervical" pada siklus pertengahan. Gonococci yang koloninya berbentuk transparan diisolasi dari manusia dari infeksi urethral yang tidak beroejala, dari menstruasi dan dari bentuk invasif dari gonorrhea, termasuk salpingitis dan infeksi diseminasi. Pada wanita, tipe koloni terbentuk dari sebuah strain gonococcus yang berubah selama siklus menstruasi. Gonococci yang diisolasi dari pasien membentuk koloni-koloni yang pekat atau transparan (lihat diatas), tetapi mereka umumnya memiliki 1 hingga 3 Opa protein pada saat tumbuh di kultur primer yang sedang diuji. Gonococci dengan koloni transparan dari tanpa Opa protein hampir tidak pernah ditemukan secara klinis tetapi dapat dispesifikasi melalui penelitian di laboratorium.

Gonococci menyerang membran selaput lendir dari saluran genitourinaria, mata, rektum dan tenggorokan, menghasilkan nanah yang akut yang mangarah ke invasi jaringan; hal yang diikuti dengan inflamasi kronis dan fibrosis. Pada pria, biasanya terjadi peradangan uretra (urethritis), nanah berwarna kuning dan kental, disertai rasa sakit ketika kencing. Proses tersebut dapat menyebar ke epididymis. Sebagian nanah pada infeksi yang tidak diobati, fibrosis dan kadang-kadang mengarah ke urethral strictures. Infeksi urethral pada pria dapat menjadi penyakit tanpa gejala. Pada wanita, infeksi primer terjadi di endoserviks dan menyebar ke urethra dan vagina, meningkatkan sekresi cairan yang mukopurulen. Ini kemudian dapat berkembang ke tuba uterina, menyebabkan salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba. Ketidaksuburan (infertilitas) terjadi pada 20% wanita dengan salpingitis karena gonococci. Cervicitis kronis yang disebabkan oleh gonococci atau proctitis seringkali tanpa gejala.

Bakteremia yang disebabkan oleh gonococci mengarah pada lesi kulit (terutama Papula dan Pustula yang hemoragis) yang terdapat pada tangan, lengan, kaki dan tenosynovitis dan arthritis bernanah yang biasanya terjadi pada lutut, pergelangan kaki dan tangan. Gonococci dapat dikultur dari darah atau cairan sendi dari 30% pasien yang menderita arthritis yang disebabkan oleh gonococci. Endocarditis yang disebabkan oleh gonococci kurang dikenal namun merupakan infeksi yang cukup parah. Gonococci kadang-kadang menyebabkan meningitis dan infeksi pada mata orang dewasa; penyakit tersebut memiliki manifestasi yang sama dengan yang disebabkan oleh meningococci.

Opthalmia neonatorum yang disebabkan oleh gonococci, yaitu suatu infeksi mata pada bayi yang baru lahir, didapat selama bayi berada di saluran lahir yang terinfeksi. Conjunctivitis inisial dengan cepat dapat terjadi dan bila tidak diobati dapat menimbulkan kebutaan. Untuk mencegah opthalmia neonatorum ini, pemberian tet­racycline atau erythromycin ke dalam kantung conjunctiva dari bayi yang baru lahir banyak dilakukan di Amerika Serikat dan seluruh dunia.

Gonococci yang menyebabkan infeksi lokal biasanya sensitif terhadap serum tetapi relatif resistan terhadap obat antimikroba. Sebaliknya, gonococci yang masuk ke aliran darah dan meninibulkan infeksi yang luas biasanya resisten terhadap serum tetapi mungkin cukup sensitif terhadap penicillin dan obat antimikroba laitinya.

Uji Laboratorium Diagnostik

A. Spesimen : Nanah dan sekresi diambil dari urethra, cervix, rektum, conjunctiva, tenggorokan, atau cairan synovial untuk dibuat kultur dan hapusan. Kultur darah diperlukan pada penyakit sistemik, tetapi sistem kultur spesial sangat membantu, karena gonococci (dan meningococci) sensitif terhadap polyanethol sulfonate pada media kulsur darah standar.

B. Smear : Smear dari urethra atau eksudat dari endocervix yang diberi pewarnaan gram akan menampakkan banyak diplokokus di dalam sel nanahnya. Hal ini memberikan diagnosa yang mungkin dapat dipercaya. Smear eksudat dari urethra pria yang telah diberi pewarnaan tersebut memiliki tingkat sensitivitas 90% dan spesifikasi 99%. Smear dari eksudat dari endocervical yang telah diberi pewarnaan memiliki tingkat sensitivitas 50% dan tingkat spesifitas 95% ketika diuji dengan mikroskop. Kultur dari eksudat urethral pria tidak diperlukan lagi bila hasil pewarnaannya positif, namun kultur harus dilakukan bila eksudat urethralnya berasal dari wanita. Smear dari eksudat conjunctiva yang telah diberi pewarnaan juga dapat didiagnosa, namun hapusan dari spesimen tenggorokan atau rektum umumnya tidak membantu.

C. Kultur : Sesaat setelah pengumpulan nanah atau selaput lendir, dipindahkan ke dalam media selektif yang telah diperkaya (seperti media Thayer-Martin yang telah dimodifikasi - Public Health rep 1966; 81:559) dan diinkubasi pada atmosfir yang mengandung 5% CO, pada.suhu 37oC.

Untuk menghindari pertumbuhan yang berlebihan dari organisme tersebut, media kultur seharusnya mengandung obat antimikroba (seperti vancomycin 3 mg/mL; colistin 7,5 mg/mL; amphotericin B1 mg/mL; dan trimethroprim 3 mg/mL). Jika inkubasi tidak dapat segera dilakukan, spesimen sebaiknya disimpan dalam sistem kultur yang mengandung CO2 48 jam setelah kultur, organisme akan cepat teridentifikasi melalui: penampakannya pada pengecatan gram; oksidase yang positif; dan melalui koaglutinasi pada pewarnaan immunofluorescence atau melalui tes-tes laboratorium lainnya. Spesies dari bakreri yang telah disubkultur dapat diketahui dengan reaksi fermentasi (Tabel 21-1). Gonococci yang diisolasi dari daerah anatomis selain saluran genital atau dari anak-anak sebaiknya diidentifikasi dengan menggunakan 2 buah konfirmasi tes yang berbeda, karena implikasi sosial dan legalitas dari pengisolasian tersebut.

D. Serologi: Serum dan cairan genital yang mengandung antibodi IgG dan 1gA bekerja melawan pili gonococci, membran protein paling luar dan LPS. Beberapa lgM dari serum manusia bersifat bakterisidal terhadap gonococci pada percobaan in vitro.

Pada individu yang terinfeksi, antibodi yang melawan pilj gonococci dan membran protein paling luar, dapat dideteksi dengan menggunakan tes immunoblotting, pemeriksaan radioimmunoassay dan ELISA. Namun, tes-tes ini tidak berguna untuk membantu suatu diagnosa, karena beberapa alasan berikut, yaitu antigen dari gonococci bersifat heterogen; terjadinya penundaan perkembangan antibodi pada infeksi akut; tingginya resistensi terhadap antibodi pada populasi yang aktif melakukan hubungan seksual.

Kekebalan

Infeksi yang berulang-ulang sering ditemui. Perlindungan kekebalan teihadap infeksi yang berulang kurang dikembangkan sebagai bagian proses terjadinya penyakit, karena bervariasinya antigen gonococci. Ketika antibodi bekerja, termasuk lgA dan lgG pada permukaan selaput lendir, mereka memiliki spesifikasi strain yang tinggi sehingga kemampuan perlindungannya menjadi kurang.

Pengobatan

Karena penggunaan penicillin yang sudah meluas, resistensi gonococci terhadap peni­cillin juga meningkat, namun karena seleksi dari kromosom yang bermutasi, maka banyak strain membutuhkan penicillin G dalam konsentrasi tinggi yang dapat menghambat pertumbuhan gonococci tersebut (MIC > 2 mg/mL). N. gonorrhea yang memproduksi penicillinase (PPNG, Penicillinase Producing N gonorrhea) juga meningkat secara meluas (lihat diatas). Resistensi terhadap tetracycline (MIC > 2 mg/mL) secara kromosomal sering ditemui, dengan 40% atau lebih gonococci yang resisten pada tingkat ini. Tingkat resistensi yang tinggi terhadap tetracycline (MIC > 32 mg/mL) juga terjadi. Resistensi terhadap spectinomycin seperti halnya resistensi terhadap antimikroba lain telah menjadi perhatian. Karena adauya masalah resistensi N. gonorrhea terhadap antimikroba, Pelayanan Kesehatan Masyarakat AS merekomendasikan untuk mengobati infeksi genital yang bukan komplikasi dengan ceftriaxone 125 mg secara intramuskular dengan dosis sekali pakai. Terapi tambahan dengan doxycycline 100 mg 2 kali sehari selama 7 hari (per oral) direkomendasikan untuk infeksi concomitant chlamydia; erythromycin 500 mg 4 x sehari selama 7 hari (per oral) sebagai pengganti doxycycline bagi wanita hamil. Modifikasi dari terapi-terapi ini direkomendasikan untuk jenis irifeksi N. gonorrhea yang lain.

Sejak penyakit lain yang ditularkan lewat aktivitas seksual ditemukan pada saat yang sama dengan gonorrhea, sejumlah langkah telah diambil untuk mendiagnosa dan mengobati penyakit-penyakit ini (lihat penjelasan dari chlamydiae, sipilis dan lain-lain).

Epidemiologi, Pencegahan dan Pengawasan

Gonorrhea telah menyebar ke seluruh dunia. Di Amerika Serikat, tingkat kejadiannya meningkat secara recap dari tahun 1955 hingga akhir 1970 dengan 400 hingga 500 kasus per 100 ribu populasi. Berikutnya berhubungan dengan epidemi AIDS dan perkembangan penerapan seks yang aman, insiden telah menurun mendekati 100 kasus tiap 100 ribu populasi. Di Indonesia, infeksi gonore menempati urutan yang tertinggi dari semua jenis PMS. Beberapa penelitian di Surabaya, Jakarta, dan Bandung terhadap WPS menunjukkan bahwa prevalensi gonore berkisar antara 7,4%--50%6,7,8,9.

Gonorrhea yang secara khusus ditularkan melalui hubungan seksual, kebanyakan merupakan infeksi yang tanpa gejala. Tingkat infeksi dari organisme, yang dilihat dari kemungkinan seseorang untuk mendapat infeksi dari. pasangan seksualnya yang telah terinfeksi, mencapai 20 - 30% pada pria dan lebih besar lagi pada wanita. Tingkat infeksi dapat dikurangi dengan menghindari berganti-ganti pasangan, pemberanrasan gonorrhea dari individu yang terinfeksi (yang dapat dilakukan dengan diagnosa dini dan pengobatan), serta temuan kasus-kasus dan kontak-kontak melalui penyuluhan dan penyaringan populasi yang beresiko tinggi. Mekanisme profilaksis (kondom) dapat menjadi perlindungan yang parsial. Penggunaan metode chemoprophylaxis menjadi terbatas karena meningkatnya resistensi gonococcus terhadap antibiotik.

PPNG pertama kali muncul pada tahun 1975. Strain gonococci yang resisten terhadap penicillin ini muncul di banyak bagian dunia, dengan kejadian tertinggi pada populasi khusus seperti 50% kasus yang terdapat di tempat prostitusi yang ada di Filipina. Wilayah lain dengan tingkat kejadian tinggi adalah Singapura, sebagian Gurun Sahara - Afrika, dan Miami- Florida. Fokus dari wabah penyakit yang disebabkan oleh PPNG telah terjadi di banyak wilayah di Amerika Serikat dan di tempat lain dan fokus endemik sedang dikembangkan.

Opthalmia neonatorum yang disebabkan oleh gonococci dapat dicegah dengan penggunaan aplikasi lokal dari salep erythromycin opthalmic 0,5% atau salep tetracycline 1% pada conjunctiva dari bayi yang baru lahir. Meskipun instalasi dari solusi perak nitrat juga efektif dan merupakan metode klasik mencegah infeksi opthalmia neonatorum. Perak nitrat sulit untuk disimpan dan menyebabkan iritasi pada konjuntiva. Pemakaian perak nitrat telah diganti dengan penggunaan salep erythromycin atau tetracycline.

3 komentar:

dex mengatakan...

beh jeg tuop sajaaaan......

dex mengatakan...

aeeeng....

dex mengatakan...

sing ada komentar buin......